Lea (kiri) saat mendampingi tiga siswanya
sebagai juara II Festival Debat Ekonomi Kreatif 2012 tingkat SMA/MA/SMK
Jateng. (Foto: Suara Merdeka)
Sebuah kabar gembira datang dari
Amelisari Kesuma. Saking senangnya, guru kreatif dari MAN Salatiga ini
membocorkan bahwa naskahnya dinyatakan lolos seleksi dan dinilai layak
diterbitkan. Penerbitnya pun termasuk bonafide!
Perempuan berjilbab yang akrab disapa
Lea ini layak bangga. Pasalnya, ia mengaku tidak menawarkan naskahnya
tersebut. Pihak penerbit sendiri yang awalnya membaca tulisan-tulisan
Lea di blog pribadinya.
Jika mengintip ke ”rumah maya” milik Lea tersebut (http://untukanakbangsa.blogspot.com), Anda pasti setuju dengan saya bahwa blog ini memang yahud. Isinya penuh inspirasi. Berkelas!
Lea memang bukan orang pertama yang
naskahnya dibaca penerbit dan ditawari untuk diterbitkan. Meski kisahnya
tak persis sama, bloger muda terkenal Raditya Dika pernah menuai
sukses besar lewat bukunya, Kambing Jantan. Buku itu sendiri merupakan kumpulan tulisan Raditya di blog pribadinya.
Yang justru ceritanya mirip Lea adalah pengalaman seorang anak muda yang bernama Arief Muhammadi. Hanya karena sering nge-tweet kocak di jagat Twitter, pemilik akun @poconggg itu dijubeli follower. Ia punya banyak penggemar yang tidak hanya warga biasa, tapi juga kalangan selebriti. Ketika wabah tweet
@poconggg, ada penerbit yang melihat peluang. Yakni, penerbit Bukune.
Lewat komunikasi intens dengan bantuan Raditya Dika (editor Bukune), si
penerbit akhirnya mengadakan perjanjian penerbitan dengan Arief yang
kala itu identitasnya belum terkuak di jagat maya.
Pihak Bukune meminta Arief memperbaiki
kualitas tulisannya agar bisa menjadi sebuah buku yang enak dibaca.
Raditya Dika yang belakangan diketahui adalah sahabat si penulis (Arief)
yang memberikan bimbingan menulis langsung. Akhirnya, naskah itu
terbit dengan judul Poconggg Bukan Pocong.
Buku ini membikin heboh para penggemar
akun @poconggg. Fans-fansnya sampai rela berdandan aneh-aneh dan
menunggu sejak pagi sebelum buku itu diluncurkan. Benar-benar gila!
Hanya dalam hitungan beberapa bulan sejak diluncurkan, buku ini cetak
ulang sebelas kali. Tentu saja Arief mendadak jadi selebriti setelah
jati dirinya akhirnya terkuak. Jutawan baru!
Tentu saja saya berharap agar karya Lea,
sahabat saya tersebut, juga bisa diterima masyarakat. Apalagi, buku
itu punya segmen pasar yang tidak bisa dikatakan sedikit. Saya sering
membaca tulisan-tulisannya, terutama di milis Ikatan Guru Indonesia
(IGI). Membaca tulisannya, saya seperti membaca tulisan Dahlan Iskan.
Suerrr!
Namun, bukan itu intinya. Saya hanya ingin menyoroti betapa pentingnya fungsi blog dan jejaring sosial.
Karena itu, saya mendukung gerakan yang
pernah dicanangkan Kepala Dispendik Kabupaten Madiun Suhardi pada Maret
2012. Yakni, target guru melek internet dalam tempo tiga tahun.
Mengingat belum semua guru di Indonesia yang melek internet dan
pentingnya pemanfaatan media internet, maka gerakan itu selayaknya
diikuti daerah lain. Pemerintah sendiri amat mendukung gerakan tersebut.
Dalam perkembangannya, muncul Gerakan Internet Sehat yang digawangi
berbagai pihak.
Untuk itu, sudah saatnya warga
pendidikan melek internet. Lea merupakan salah satu di antara sedikit
guru yang membagikan pengalamannya mengajar dalam sebuah buku. Lea
sendiri memulainya lewat pemanfaatan media blog dalam menuliskan
ide-ide dan kreativitasnya.
Saya yakin Lea bisa menuai sukses untuk
bukunya yang bakal diterbitkan tersebut. Di sisi lain, saya berharap
makin banyak guru kreatif seperti ia. Hanya guru kreatif yang akan
membawa pendidikan bangsa ini ke arah yang lebih baik dan lebih maju.
Graha Pena, 29 Juli 2012
Sumber topik : Tekno Kompasiana
Komentar