Membeli aplikasi susah
Rumor sempat beredar bahwa Google akan menggandeng operator lokal untuk membuat sistem pembelian aplikasi dengan potong pulsa. Nyatanya sampai saat ini Google belum juga bergerak. Android notabene adalah Sistem Operasi sejuta umat oleh karena harga Handphone beragam mulai dari 1 jutaan sampai 6 jutaan. Ini berarti Android sudah mulai banyak dipakai “early adopter” smartphone yang dulunya memakai handphone biasa. Ketimbang membiarkan segmen ini mencari aplikasi bajakan di internet, Google seharusnya peduli dengan kemudahan user membeli aplikasi sekaligus melindungi user dari malware yang menyamar menjadi aplikasi Android.
Masyarakat Indonesia memang belum terbiasa dengan beli membeli aplikasi, tetapi nyatanya mengirim SMS untuk Indonesian Idol berkali-kali dengan peluang keuntungan 1 berbanding 1 jutapun mau, maka membeli aplikasi dengan rentang 0,99$ - 2$ sepertinya hanya perlu dibiasakan apalagi dipermudah dengan memotong pulsa saja.
Dan ternyata membeli aplikasi dengan kartu kreditpun tak semudah yang diperkirakan. Kita harus me-link Google Wallet dan kartu kredit. Saya mengalami sedikit masalah ketika pembelian pertama berhasil dan pembelian berikutnya ditolak dengan alasan merchant tidak dipercaya maka dari itu layanan Kartu Kredit saya menolaknya. Lalu apakah maksud merchant “tak dipercaya” ini?
Aplikasi “Aspal” gampang masuk.
Ironis membaca artikel di teknoup dengan judul “Sepertiga dari Seluruh Aplikasi Android Memiliki Malware?”. Disebutkan Perusahaan sekuriti online BT mengklaim bahwa lebih dari 33 persen dari seluruh aplikasi Android berisi beberapa jenis malware. Pernyataan ini dibuat berdasarkan analisa dari 1000 aplikasi Android yang diunduh dari Google Play. Anggaplah analisa tersebut ilmiah, maka kemungkinan kita mendownload aplikasi yang asli adalah 2/3. Fatalnya baik Android yang sudah di-root maupun yang belum di-root memiliki kemungkinan yang sama.
Root maupun non-Root tidak berpengaruh pada keamanan oleh karena aplikasi Android bisa dengan gampangnya dicopy paste lalu tinggal klik untuk menginstall di smartphone user. Memang seperti yang kita ketahui, Android tidak sepenuhnya menerapkan sistem singkronisasi untuk memasukkan file seperti lagu, video, aplikasi, maupun file lainnya. Berbeda yang dilakukan Apple dengan iTunes nya.
Pengguna yang semakin terkotak-kotak
Seperti yang kita ketahui Android sudah mengeluarkan sistem operasi dari Donut sampai yang terbaru Jelly Bean. Setiap sistem operasinya tentu membutuhkan spec hardware yang berbeda-beda. Susah rasanya sebuah sistem operasi ICS disematkan pada Smartphone ber CPU 600Mhz. Pengkotakan ini sangat jelas dengan dituntutnya hardware yang semakin mumpuni jika Androidnya terus upgrade. Akibatnya tidak semua aplikasi bisa diinstall pada setiap jenis Android. Bukan hanya user, hal ini otomatis membingungkan programmer dalam merancang aplikasi.
Setiap smartphone memiliki kedalaman layar, ukuran layar, CPU, dan berbagai hal yang berbeda. Sedangkan pembuat aplikasi dituntut untuk membuat yang bisa berjalan di “sebagian besar” smartphone pengguna, setelah itu pusing kembali masalah pembajakan jika berniat menjualnya di Google Play, Nyamankah?
Dibalik ketidaknyamanan tersebut, saya memang tidak akan begitu saja beralih dari Android. Tentu ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir peluang ketidaknyamanan ini seperti :
1. Jelly Bean dikatakan Android yang paling aman, jika anda belum memiliki Android maka pertimbangkanlah untuk membeli smartphone dengan sistem operasi yang satu ini. Cuma, harganya pasti mahal.
2. Install Antivirus di Smartphone anda, dengan adanya Antivirus maka setiap anda menginstall aplikasi akan di-scan dan dipastikan aplikasinya aman. Antivirus yang saya pakai saat ini adalah Avast Free, anda boleh meniru saya dalam mempercayai Antivirus :D.
3. Selalu mengunduh aplikasi dari Google Play. Di luar sana terdapat banyak sekali toko aplikasi tak resmi. Google Play saja tidak aman, bayangkan berapa banyak malware di store tak resmi.
4. Jangan sembarangan mengunduh aplikasi, cek reputasi yang telah diberikan sebelumnya oleh user lain.
5. Sering update berita di internet melalui media online terkenal baik dalam negeri maupun luar negeri seperti detik, kompas, teknoup, techcrunch, dan mashable.
image source : http://www.intomobile.com
Sumber Topik : Tekno kompasiana
Rumor sempat beredar bahwa Google akan menggandeng operator lokal untuk membuat sistem pembelian aplikasi dengan potong pulsa. Nyatanya sampai saat ini Google belum juga bergerak. Android notabene adalah Sistem Operasi sejuta umat oleh karena harga Handphone beragam mulai dari 1 jutaan sampai 6 jutaan. Ini berarti Android sudah mulai banyak dipakai “early adopter” smartphone yang dulunya memakai handphone biasa. Ketimbang membiarkan segmen ini mencari aplikasi bajakan di internet, Google seharusnya peduli dengan kemudahan user membeli aplikasi sekaligus melindungi user dari malware yang menyamar menjadi aplikasi Android.
Masyarakat Indonesia memang belum terbiasa dengan beli membeli aplikasi, tetapi nyatanya mengirim SMS untuk Indonesian Idol berkali-kali dengan peluang keuntungan 1 berbanding 1 jutapun mau, maka membeli aplikasi dengan rentang 0,99$ - 2$ sepertinya hanya perlu dibiasakan apalagi dipermudah dengan memotong pulsa saja.
Dan ternyata membeli aplikasi dengan kartu kreditpun tak semudah yang diperkirakan. Kita harus me-link Google Wallet dan kartu kredit. Saya mengalami sedikit masalah ketika pembelian pertama berhasil dan pembelian berikutnya ditolak dengan alasan merchant tidak dipercaya maka dari itu layanan Kartu Kredit saya menolaknya. Lalu apakah maksud merchant “tak dipercaya” ini?
Aplikasi “Aspal” gampang masuk.
Ironis membaca artikel di teknoup dengan judul “Sepertiga dari Seluruh Aplikasi Android Memiliki Malware?”. Disebutkan Perusahaan sekuriti online BT mengklaim bahwa lebih dari 33 persen dari seluruh aplikasi Android berisi beberapa jenis malware. Pernyataan ini dibuat berdasarkan analisa dari 1000 aplikasi Android yang diunduh dari Google Play. Anggaplah analisa tersebut ilmiah, maka kemungkinan kita mendownload aplikasi yang asli adalah 2/3. Fatalnya baik Android yang sudah di-root maupun yang belum di-root memiliki kemungkinan yang sama.
Root maupun non-Root tidak berpengaruh pada keamanan oleh karena aplikasi Android bisa dengan gampangnya dicopy paste lalu tinggal klik untuk menginstall di smartphone user. Memang seperti yang kita ketahui, Android tidak sepenuhnya menerapkan sistem singkronisasi untuk memasukkan file seperti lagu, video, aplikasi, maupun file lainnya. Berbeda yang dilakukan Apple dengan iTunes nya.
Pengguna yang semakin terkotak-kotak
Seperti yang kita ketahui Android sudah mengeluarkan sistem operasi dari Donut sampai yang terbaru Jelly Bean. Setiap sistem operasinya tentu membutuhkan spec hardware yang berbeda-beda. Susah rasanya sebuah sistem operasi ICS disematkan pada Smartphone ber CPU 600Mhz. Pengkotakan ini sangat jelas dengan dituntutnya hardware yang semakin mumpuni jika Androidnya terus upgrade. Akibatnya tidak semua aplikasi bisa diinstall pada setiap jenis Android. Bukan hanya user, hal ini otomatis membingungkan programmer dalam merancang aplikasi.
Setiap smartphone memiliki kedalaman layar, ukuran layar, CPU, dan berbagai hal yang berbeda. Sedangkan pembuat aplikasi dituntut untuk membuat yang bisa berjalan di “sebagian besar” smartphone pengguna, setelah itu pusing kembali masalah pembajakan jika berniat menjualnya di Google Play, Nyamankah?
Dibalik ketidaknyamanan tersebut, saya memang tidak akan begitu saja beralih dari Android. Tentu ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir peluang ketidaknyamanan ini seperti :
1. Jelly Bean dikatakan Android yang paling aman, jika anda belum memiliki Android maka pertimbangkanlah untuk membeli smartphone dengan sistem operasi yang satu ini. Cuma, harganya pasti mahal.
2. Install Antivirus di Smartphone anda, dengan adanya Antivirus maka setiap anda menginstall aplikasi akan di-scan dan dipastikan aplikasinya aman. Antivirus yang saya pakai saat ini adalah Avast Free, anda boleh meniru saya dalam mempercayai Antivirus :D.
3. Selalu mengunduh aplikasi dari Google Play. Di luar sana terdapat banyak sekali toko aplikasi tak resmi. Google Play saja tidak aman, bayangkan berapa banyak malware di store tak resmi.
4. Jangan sembarangan mengunduh aplikasi, cek reputasi yang telah diberikan sebelumnya oleh user lain.
5. Sering update berita di internet melalui media online terkenal baik dalam negeri maupun luar negeri seperti detik, kompas, teknoup, techcrunch, dan mashable.
image source : http://www.intomobile.com
Sumber Topik : Tekno kompasiana
Komentar